Di saat hatiku
resah dan gelisah ditimpa beban berat persoalan hidup sebagai ujian, aku
mencoba untuk tetap tenang. Aku merasa ada yang salah dalam kinerja pola
pikiranku selama ini. Ini bisa aku ketahui dari segala tindak-tanduk yang
pernah aku jalani selama ini, hamper semua gagal. Walaupun tidak semuanya.
Parahnya lagi, kegagalan itu terus saja ku ulang-ulang sampai beberapa kali.
Sampai pada waktu sekarang, aku masih mengamalkan kegagalan itu.
Dalam
setiap proses hidup memang harus didasari oleh rasa cinta. Dengan adanya cinta,
segala apa pun yang kita kerjakan, segala apa pun yang kita ingin raih, kita
impikan, kita cita-citakan, akan segera terwujud. Walaupun terkadang
membutuhkan waktu yang tidak singkat. Namun dengan adanya cinta, sepanjang apa
pun prose situ, kita tetap akan merasakan kebahagiaan, kedamaian, dan kepuasan.
Dengan cinta itulah, proses hidup menjadi indah.
Aku
menilai, kegagalanku selama ini ada pada persoalan cinta. Setiap proses yang
aku jalani seringkali menjauh dari perasaan cinta. Yang dekat justru perasaan
benci karena rasa keterpaksaan. Aku terpaksa menulis, aku terpaksa bekerja, aku
terpaksa kuliah, aku terpaksa ke sana
ke mari tanpa ada tujuan, visi dan misi yang jelas, karena ada tuntutan materi,
tuntutan gengsi, tuntutan social, tuntutan egoisme, dan tuntutan hidup. Tidak
justru karena perasaan suka, perasaan cinta terhadap sesuatu yang memang harus
aku lakukan. Ini yang membuatku tidak bisa total dan maksimal dalam menjalani
proses hidup. Akibatnya, semua yang pernah aku lakukan, aku jalani hanya dengan
perasaan setengah hati. Hasilnya pun setengah-setengah.
Cinta
memang penting penting. Terutama dalam proses pencapaian hidup, atau proses
perjalanan hidup. Dengan cinta itu, kita bisa merasakan kenikmatan berproses.
Walaupun hasil yang kita usahakan belum tentu bisa terwujud. Namun dengan
cinta, semua itu tidak masalah. Sayangnya, aku gagal mencintai setiap proses
yang aku jalani selama ini. Rasa cinta itu kering dalam hatiku. Bagaimana menumbuhkan
rasa cinta itu? Ini yang aku coba untuk menemukanya.
Kalau
melihat mereka yang berproses dengan cinta, hati ini merasa sangat iri sekali.
Terlihat mereka sangat tekun menikmati proses hidupnya. Segala kondisi dan
situasi yang terjadi disekitarnya, tidak sampai membuat mereka terusik. Juatru
semain berlama-lama dalam kesendirian menikmati proses. Tida sedikit
teman-temanku yang bisa seperti itu. Karena cintanya pada dunia kepenulisan,
kesehariannya diisi hanya dengan menulis tanpa sedikit pun merasa lelah. Dia
yang suka di dunia maya, internet, sangat menikmati prosesnya hingga tak sempat
menyapa teman dekatnya. Aku iri melihat meraka. Mengapa aku tidak bisa seperti
mereka?
Duniaku
dengan dunia mereka sama. Aku terjun dalam dunia kepenulisan. Dia pun begitu.
Aku terjun dalam dunia maya, dia pun sama. Dia terjun dalam dunia bisnis, aku
pun begitu. Yang membedakan hanya rasa cinta. Mereka punya rasa cinta pada
dunia yang digelutinya. Sedangkan aku tidak. Hasilnya, mereka bisa total dalam
menjani prosesnya. Sedangkan aku, hasilnya hanya setengah-setengah.
Ini
kelemahanku. Di situ kelebihan mereka. Yaitu cinta dalam menjalani proses
hidup. Bukan perasaan keterpaksaan yang membuat mereka berproses. Sedangkan
aku, rasa keterpaksaan yang mendasari aku berproses. Padahal, dengan perasaan
cinta, kegagalan bukan suatu persoalan yang harus disesali. Justru itu menjadi
tantangan yang sungguh sangat indah untuk dijalani. Dengan cinta pula,
kefokusan pada pencapian hidup bisa maksimal.
Focus
pada suatu pencapian sangatlah penting. Diri kita terseting oleh sang pencipta,
hanya bisa mengerjakan sesuatu pada satu arah. Iniah yang disebut focus. Dengan
konsisten pada satu arah, hasil pencapian bisa maksimal. Pikiran dan perasaan
bisa berperan maksimal untuk menjalani proses. Berbeda dengan pikiran yang
tidak focus. Pikiran menjadi terpecah-pecah. Proses yang kita jalani menjadi
tidak maksimal.
Persoalan
ini juga aku alami. Proses hidup yang aku jalani sangat semrawot. Kadang
berpikir persoalan ini, kadang berpikir persoalan itu. Persoalan satu belum
bisa aku selesaikan, pindah ke persoalan lain. Hasilnya, persoalan semua gagal
aku selesaikan. Pola piker semacam itu yang membuatku selama ini gagal
menjalani hidup. Menjadi penulis gagal, bisnismen gagal, mahasiswa gagal, orang
kaya gagal. Semuanya serba gagal.
Pengalaman
memang sangat berharga. Dari pengalaman kekegalan yang pernah aku rasakan
selama ini, aku ingin memperbaiki kembali. Aku ingin konsisten pada prosesku.
Aku ingin focus pada setiap yang sedang aku geluti. Dan juga, aku ingin bisa
mencintai semua itu. Apa pun caranya, sebisa mungkin harusa aku dapatkan semua
itu.
Hari ini memang
terasa sebagai hari istimewa buatku. Hari ini aku bisa melakukan refleksi
hidup. Hidup dari kegagalan-kegagalan yang sering aku rasakan. Kegagalan akibat
ketidakcintaanku pada proses, dan ketidakfokusanku pada proses. Aku berharap,
buah pengalamaku bisa memperbaiki hari selanjutnya. Amiiiin ya robal alamin.
Al
jihad sby, 01/04/2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar